WASPADAI RESEKI MELAMBATNYA EKONOMI DI 2016



MESKI perekonomian Indonesia diprediksi membaik di 2016, masih ada sejumlah faktor-faktor kunci yang dapat menyebabkan ekonomi kembali melambat. Dari faktor global, Tiongkok masih memegang peranan besar. Dari faktor domestik, kualitas kredit terutama bagi sektor keuangan mesti jadi perhatian.

Hal tersebut disampaikan pengamat ekonomi sekaligus Anggota Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Destry Damayanti dalam seminar The Dawn of A New Era, di Jakarta, Rabu (3/2).

Lebih lanjut Destry menjelaskan, ketidakpastian yang melanda perekonomian Tiongkok memberi dampak yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut hasil kajiannya, setiap 1% ekonomi Tiongkok melambat, akan berimpak pada perlambatan ekonomi Indonesia sebesar 0,2%-0,3%.

"Bahkan IMF memprediksikan pertumbuhan ekonomi Tiongkok di tahun ini hanya 6,3%. Ini cukup signifikan impaknya bagi Indonesia," tuturnya.

Selain itu, ada juga resiko dari suku bunga the Fed yang bisa saja diputuskan mendadak sehingga membuat efek kejut di masyarakat. "Ketika itu terjadi, Bank Indonesia (BI) mesti bertindak hati-hati," imbuh Destri.

Berdasarkan hasil penelitiannya bersama tim di LPS, apabila suku bunga the Fed naik sampai di atas 1,25% sementara BI Rate turun di bawah 7%, maka Indonesia harus waspada sebab posisi itu sudah berada di bawah historical value dari rentang BI Rate dan the Fed, yang nantinya akan semakin membawa tekanan bagi rupiah.

Dari segi domestik, kualitas kredit mesti diperhatikan. Terutama nilai non performing loan (NPL) di sektor pertambangan yang melonjak tinggi semenjak harga minyak dan komoditas terjun bebas.

"Padahal lima tahun lalu, NPL di pertambangan relatif nol, tapi sekarang resiko NPL-nya naik mendekati 4%. Ini membuat beberapa perbankan mulai melakukan restrukturisasi di sektor pertambangan," papar Destry.

Tentunya, lanjut Destry, masih ada faktor lain yang mesti diperhatikan, misalnya sistem APBN dan shortfall pajak, serta resiko defisit transaksi berjalan (CAD) yang masih bisa naik.

"Namun jangan khawatir, sebab Indonesia masih jadi tempat investasi menarik bagi asing, apalagi kita punya growth history dan return yang baik, serta paket-paket kebijakan yang sifatnya struktural," pungkas Destry. (OL-2)

Sumber : MEDIAINDONESIA.COM
Share this article :
 
Support : Creating Website | Mantika Template | Fans Page
Copyright © 2011. PT Rush Cargo Nusantara - All Rights Reserved
Template Created by BDSL Group Published by BDSLcom Template
Proudly powered by Blogger